Ketika Pedagang menjadi Pengusaha
Sudah lama sy tdk menulis artikel. pdahal di benak sy banyak sekali hal yang ingin disampaikan, yasudahlah, daripada ga produktif dengan laptop yg sdang jebol, mending sy membuat artikel sembari mencari penggantinya :D
suatu hari sy sedang berada di bis jurusan Bekasi-Bogor, ketika transit di Kp. Rambutan, ada seorang bapak2 yang naik ke bis untuk menjajakan barang dagangannya. sepintas sy tidak tertarik, palingan hanya donat atau TTS. tapi ternyata tidak, barang yang dijual bapak tersebut adalah alat parut All-In-One!
dengan terampil, bapak tersebut mendemonstrasikan alat yang dijualnya itu, ada mata pisau khusus parut kelapa, parut wortel, keripik, atau sayuran lainnya, sy jadi tertarik untuk melihat demonstrasi tersebut, begitu juga dengan penumpang lainnya. sy semakin tertarik ketika bapak tersebut menjual alat tersebut dengan harga yang murah, hanya 10ribu rupiah..!! anda sudah mendapatkan alat untuk memarut berbagai jenis buah, sayuran dan membuat koktail!!
ternyata banyak sekali penumpang yang membeli alat tersebut, kebanyakan pembelinya adalah ibu2, sy yang om-om sj tertarik, cuma karena banyak barang bawaan, sy tidak membelinya.
sy pun merenungkan fenomena tadi, ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dibahas. bapak penjual alat parut tadi adalah pedagang, ia menjual barang dagangannya dari bis ke bis, dengan harga yang sangat terjangkau, terutama untuk ibu2 yang cenderung tertarik dengan hal-hal unik. modal bapak tadi, kmungkinan hanya 3000-5000 rupiah. barang langsung dari distributor, sehingga lebih murah. otomatis margin pun ckup tinggi.
namun jika kita tinjau lebih jauh, mendistribusikan produk seperti ini memiliki potensi yang tinggi untuk laris di pasaran, asal dengan strategi sistem. inilah yang membedakan pedagang dengan pengusaha, sistemnya berbeda.
jika bapak tadi melakukan hal ini :
1. memberikan potongan harga untuk jumlah pembelian tertentu. menghasut penumpang untuk menjadi reseller.
2. si bapak tidak hanya menawarkan di bis, tapi juga di perumahan. menghasut para ibu2 rumah tangga untuk tertarik me-reseller-kan produk dengan strategi potongan harga.
3. mencatat pengeluaran dan pemasukan, sehingga dia tau keuntungan yang dia peroleh.
4. pada akhirnya membentuk sebuah network penjual alat parut all-in-one di banyak tempat, sehingga si bapak bisa lebih menghemat tenaganya, karena terbantu penjualannya oleh para "invicible hand"
ketika hal2 terkait dengan sistem untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kerja tersebut, maka si pedagang dapat dikatakan naik tingkat menjadi pengusaha.
bahkan ketika nanti ada produk baru, atau pasar sudah jenuh dengan yang lama, ia masih bisa menjual barang menarik lainnya. keuntungan pun bisa berlipat.
disinilah memang tantangannya menjadi pengusaha, kebanyakan awalnya pedagang, seiring waktu, otaknya terasah untuk membuat terobosan baru, walaupun memang merintis itu sulit, tapi pada kenyataannya cukup banyak yang naik kelas menjadi pengusaha, meiliki sistem ang terorganisir, sehingga memiliki aset bisnis, dan ketika telah memiliki aset, kita tidak perlu bekerja banyak, tapi omset terus mengalir, sehingga kita bisa mencari hal baru untuk dijadikan aset.
sy menyebutnya "asset based corporate", atau mungkin istilahnya holding company ya (CMIIW) ;p sehingga suatu perusahaanya tidak hanya mengandalkan kas perusahaan dari core bisnis utamanya saja, tapi juga aset yang dimiliki perusahaan tersebut.
yeah kiranya artikel ini dapat bermanfaat, sy pun sebagai konsultan utama di Ihsan Creative Studio tidak hanya membuat brand fisik, tapi juga memberikan solusi kepada klien kami sebagai mitra untuk memperkuat brand mereka.
menjadikan setiap pukulan marketing yang dilakukan oleh perusahaan tersebut menjadi lebih bertenaga dan efektif :D
trimakasih atas apresiasi dan perhatiannya, jangan segan2 utk diskusi dimari :D
No comments:
Post a Comment